Ni Wayan Tantri

Selamat Datang Jgn Lupa Comment Terimakasih Kunjungannya

Senin, 22 April 2019

Kisah Santri di At taufiq



Pengalaman Seru yang Hanya Dialami Para Santri di Pesantren Pinggiran


Postingan ini saya publikasikan berdasarkan apa yang saya lihat selama saya berada di Ponpes At taufiq Kp. Galian sasak 05, Sukakerta, Sukawangi. 


YAYASAN AT TAUFIQ — Mendengar kata pondok mungkin sebagian orang bakal langsung gatal-gatal sambil memegang perutnya. Pasalnya pondok selalu identik dengan lingkungan tak bersih yang bikin gatal-gatal dan juga harus hidup prihatin dengan segala keterbatasan. Sebenarnya nggak gitu juga kok menurut saya. Ada banyak pondok pesantren modern yang bahkan lebih nyaman dari rumah sendiri. Gontor, Tebuireng, Langitan, itu adalah beberapa contoh yang paling terkenal.

Tapi, nggak semua orang mampu mondok di tempat-tempat tersebut. Sehingga solusinya adalah memilih pesantren yang standar/biasa-biasa yang tak terlalu mewah yang ada di pinggiran kota atau kalau perlu sampai ke gunung-gunung. Nggak masalah, toh ilmu yang bakal didapatkan juga sama. Bahkan ketika mondok di daerah pinggiran, kita bakal mengalami segudang pengalaman seru yang susah ditemukan di pesantren tengah kota yang modern.

Lalu keseruan apa saja yang hanya didapatkan anak-anak pesantren pinggiran itu? Simak ulasan serunya berikut.


  

1. Kucing-kucingan Saat Pergi Ke Luar

Hidup di pondok pesantren memang harus siap mematuhi segala peraturannya. Terutama aturan soal pergi ke luar lingkungan pesantren. Tapi, namanya anak muda yang masih labil, kadang masih nekat juga pergi keluar, walaupun sebenarnya alasannya sangat sepele. Entah nonton bola di kampung sebelah, atau sekedar ngopi. Nah, karena ini berbenturan dengan peraturan, maka anak pondok pun harus melakukannya dengan sembunyi-sembunyi.

Lucu sih pengalaman kucing-kucingan sama ustad. Sama seperti film Mohabattein di mana tiga siswa nakal itu keluar sekolah. Bedanya cuma di pesantren nggak ada gerbang setinggi itu. Merupakan kepuasan tersendiri kalau bisa keluar pondok dan nggak ketahuan. Tapi, siap-siap kena hukuman ketika ustad sudah menunggu di depan dan memergoki aksi para santri.


2. Cari Gebetan Masih Pakai Surat-suratan

Meskipun labelnya anak pesantren, tapi soal cinta mereka juga sama. Anak pesantren biasanya jatuh hati kepada para santriwati, tapi berhubung ini adalah lingkungan pondok, sudah jelas ada larangan khalwat alias campur baur. Di pesantren santri juga nggak boleh memegang handphone. Lalu gimana caranya mengungkapkan isi hati? Yup, pakai surat tentu saja. Hahaaa

Unik sih percintaan di pesantren ini, meskipun nggak ekstrem seperti yang ada di sinetron pesantren-pesantren itu. Nah, soal surat menyurat tadi, memang jadi kebiasaan anak pesantren cowok dan cewek untuk berkomunikasi. Lucunya, adalah ketika surat-surat ini diketahui ustad. Kadang si ustad inilah justru yang membalas surat dari si pria atau wanita yang isinya biasanya ajakan nikah. Wkwkwk lucu juga



3. Digundul Bila Ketahuan Melakukan Kesalahan

Hukuman cambuk yang diberlakukan di salah satu pesantren pinggiran Jombang beberapa tahun lalu, dikecam banyak pihak karena dinilai berlebihan. Jarang sekali pesantren memberlakukan hukuman yang menyiksa seperti itu. Paling alternatifnya hanya dua, disuruh membersihkan pondok atau digundul.

Nah, soal digundul ini memang sudah jadi hukuman yang paling populer di sana. Kabur dari pesantren digundul, ketahuan berduaan dengan santriwati alias pacaran digundul, merokok digundul dan sebagainya. Lucunya, kadang digundulnya nggak bagus, satunya dibiarin agak panjang tapi satunya pendek banget (super tipis)


4. Hantu di Pondok Sudah Seperti  Teman 

Hal yang cukup membingungkan soal pondok adalah kenapa tempat seperti ini banyak banget hantunya. Padahal di dalamnya dipakai untuk mengaji, sholat malam dan sebagainya. Sudah banyak cerita-cerita tentang hantu yang dialami oleh anak pesantren. Terlalu sering sampai akhirnya mereka nggak takut lagi.

Ketemu kuntil anak dan pocong di kamar mandi pun nggak bakal takut. Yang ada malah inspeksi, “Ini pocong yang di pohon bambu deket pondok kebon belakang nih, ngapain lo di sini.” Si pocong pun berwajah datar gara-gara mendapatkan perlakukan yang nggak pernah diduganya. Kadang anak pesantren ketakutan sih dengan yang namanya hantu. Tapi, setelah lewat tahun-tahun pertama, mereka sudah bagaikan teman.


5. Ketinggalan Zaman

Namanya juga pesantren pinggiran, ada fasilitas untuk tinggal dan belajar ilmu sudah alhamdulilah. Nggak perlu minta yang aneh-aneh. Karena neriman(nrimo/legowo) kalau kata orang Jawa, maka anak pesantren biasanya nggak sadar kalau mereka ketinggalan zaman.

Kita sudah uninstall flappy bird, mereka masih berkutat dengan space impact, snake, bounce dan sebagainya. Seperti itu sih perumpamaannya. Tapi, meskipun begitu setidaknya mereka masih lugu dan nggak tercemar dengan hal-hal negatif dari handphone.


6. Ngerjain Senior Dengan Cara Lucu

Senioritas di pesantren sangat tinggi lho, kalau nggak percaya tanya saja kepada anak-anak pesantren. Fenomena ini pun juga terjadi di pesantren pinggiran. Namanya juga senior, kadang mereka berlaku nggak baik kepada adik-adiknya. Tapi, nggak sampai bullying atau menyiksa secara fisik sih. Biasanya hanya main suruh-suruh saja. Entah belikan ini itu ke warung, atau sekedar ambilkan makan malam sekaligus minumnya.

Tapi, kesel juga sih si santri junior kalau disuruh-suruhterus, maka kemudian para junior pun mengerjai kakak tingkat dengan cara yang cerdas. Misalnya, ganti air minum dengan air kamar mandi, wahahaa 😅 atau mungkin mencampurkan sesuatu dimakanan senior. Gitu-gitu sih, dan ini fakta.   😆

Beginilah kehidupan pesantren pinggiran yang unik dan jadi kenangan asyik bagi yang pernah melewatinya. Ya, meskipun labelnya pinggiran tapi soal khazanah keilmuan mereka nggak kalah. Kadang dai dan kyai besar umumnya ya lulusan dari pesantren yang ada di gunung-gunung.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar